sikap KPI Terhadap LGBT
Komisi Penyiaran Indonesia atau KPI akhirnya melarang televisi menyiarkan tayangan yang di dalamnya ada peran feminin dimainkan pria. KPI bersuara lantang setelah MUI lebih dulu melarang kiprah dan polah serta propaganda berbau elgebete.

Bagi saya Media memang menjadi tolok ukur dan parameter majunya peradaban sebuah bangsa. Kewibawaan negara dipublish besar-besaran juga melalui media, dan sebaliknya media juga bisa menjadi penyebar fitnah dahsyat luar biasa. Itulah kerja media di negara berdemokrasi Pancasila. Sayangnya KPI lupa bahwa media massa bukan hanya koran dan televisi, facebook, twitter, blogger dan produk varian lain yang dilahirkan dari rahim ibu dunia maya juga sudah menjadi media yang juga memiliki kekuatan dahsyat sebanding televisi dan surat kabar, termasuk juga tayangan hiburan lain seperti film.
Dan media paling canggih untuk membangun peradaban adalah Al-Qur'an, sebab ia berisi banyak pedoman, kisah masa silam yang harus dijadikan cerminan serta kehidupan masa depan yang sejatinya harus disiapkan.karena perjalanan lima belas ribu tahun yang harus dicapai untuk sampai ke tujuan. Dan para ulama serta Pak Kyai semoga mempunyai rumusan yang lebih baik membangun peradaban bangsa ini, tentu saja dengan penguatan legal misalnya menjadi Undang-Undang yang disetujui dan diajukan pemerintah kepada DPR, ditambah dengan Perpu, Perpres, Inpres dan Perda di masing-masing daerah, agar tidak ada lagi moral bangsa yang dihancurkan, agar persatuan dan kesatuan tetap terjaga dan dipertahankan.
Untuk teman-teman dan sahabat yang mencari penghidupan dari perilaku feminisme, cobalah putar haluan, rejeki Tuhan teramat luas dan terlalu banyak untuk hanya anda seorang. Mario Teguh, sang Motivator sering menyebut move on untuk sikap dan pengambilan keputusan hijrah pada kehidupan yang lebih baik.
Saya jadi teringat, kalau mau berangkat ke pengajian menjelang malam, melewati jalan Ibrahim Ajie di lampu merah Samsat Carefour, di situ juga banyak para penjaja musik manual berjenis kelamin pria tapi berperilaku layaknya wanita, mudah-mudahan Pak Walikota Bandung juga menaruh perhatian untuk menyelesaikan permasalahan mereka, membantu mencarikan pekerjaan layak agar kehiidupannya semakin baik.
Lupakan elgebete, ceritanya sudah tamat, mari ganti menu dengan Leupeut, Gehu, Bala-bala dari tetangga sebelah dan Tahu isi seperti abang Denny Siregar, tak lupa kopi hitam untuk teman sejati di sepanjang malam.
Bandung, 24 Februari 2016