Konsep Ideal Masyarakat Madani dan RTRW


Madani, sebuah konsep ideal tata kelola perkotaan yang lebih mengedepankan kemuliaan akhlak dibanding sekedar megahnya infrastruktur yang terbangun. Pada masa Rasulullah SAW, Kota Madinah sebagai kota masa depan umat Islam pada saat itu menjadi contoh terbaik sebuah tatanan perkotaan dibangun. Dan hingga sekarang, Rasulullah SAW menjamin siapa pun yang memasuki dan sholat di Masjid Nabawi, sebagai pusat kebudayaan Islam pada saat itu, akan mendapat balasan pahala berlipat ganda yang bisa menjadi bekal perjalanan menghadapi kehidupan kedua kelak.

/2016/02/konsep-madani-dan-rtrw.html

Konsep Tata Kelola Ruang yang biasa disebut dokumen RTRW, menjadi rujukan pemerintah untuk mengelola ruang an sich semata, tidak termasuk di dalamnya penataan akhlak, sebab menjadi kewenangan kementrian pendidikan budaya dan pariwisata dan kementerian agama melalui pendidikan berbasis keragaman berasas Pancasila.

Muncul dan berkembangnya kawasan tak terkendali di Kalijodo adalah contoh salah dan keliru dari output dan outcome dokumen RTRW Propinsi DKI Jakarta. Tentu saja yang paling berwenang memperbaikinya adalah Pemda DKI yang sedang giat berbenah mewujudkan Jakarta sebagai ibukota negara yang bersih dan berwibawa.

Barangkali, perlu urun rembug dan brainstorming yang intensif untuk mewujudkan Jakarta menjadi sebuah kota yang memiliki kelengkapan dari sisi tata ruang yang cenderung lebih sempurna dibanding kota-kota lainnya di Indonesia. Bukan hanya pemda DKI saja yang dibebani kewajiban, tapi juga semua kementerian dan keterlibatan peran serta masyarakat menciptakan Jakarta menjadi contoh Kota bernuansa madaniyyah.

Namun saya ragu, sebab para cendekiawan muslim dan para ulama dengan jajaran da'i serta mubalighnya belum mempunyai perhatian lebih terhadap pembentukan masyarakat madani, maklum saja konsep madani nya belum final sampai sekarang. Saya khawatir jika para ulama menyibukkan diri mereka mengumpulkan harta dunia, sehingga lupa bahwa akhir zaman telah tiba.

Lagi-lagi saya merenung, ditemani secangkir kopi berwarna hitam, pekat nuansanya dengan kepahitan, soalnya gulanya sedikit, agar kepahitannya sampai ke kedalaman.

Menulis agak serius tentang permasalahan bangsa, rasanya tak nikmat jika tak ada secangkit kopi

Bandung, 24 Februari 2016
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url