Wilayah Absurditas Mimpi


Bismillaahirrohmaanirrohiim.

Mimpi adalah idea terbatas yang berada di tataran bawah sadar. Mimpi juga didefinisikan sebagai pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra lainnya dalam tidur,[1] terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat (rapid eye movement/REM sleep). Ilmu yang mempelajari mimpi disebut oneirologi (Wikipedia,org)

Wilayah Absurditas Mimpi

Sebagai sebuah produk alam bawah sadar yang merangkum berbagai pengalaman indera dalam tubuh manusia, secara umum mimpi tidak bisa secara mutlak dijadikan rujukan kehidupan seseorang, namun pada moment tertentu mimpi dapat menjadi pemacu dan pemicu sebuah peristiwa yang terjadi di alam nyata, (ingat kisah mimpi Nabiyullah Yusuf AS yang didokumentasikan dalam Qur'an, juga Nabiyullah Ibrahim AS).

Mimpi memang wilayah absurditas, walau tidak mutlak, namun ia menjadi rujukan terjadinya sebuah peristiwa di alam nyata. Pengalaman yang terjadi di dunia nyata diolah oleh seluruh indra ruhani, diaminkan oleh segmen pikiran, disetujui oleh angan-angan, dan akhirnya melahirkan mimpi.

Jika seseorang biasa seperti kita bermimpi tentang sesuatu, mungkin efek yang terjadi akan biasa-biasa pula, namun jika orang itu sekualitas dengan para Nabi Allah, di sini persoalannya. Mimpi yang terjadi pada para Nabi tidak akan terlepas dari kehendak Allah, wilayah absurd yang hanya dapat dijangkau ruhani bawah sadar manusia itu dijadikan oleh Allah sebagai media wahyu, agar para Nabi menjalankan perintah dan membuat sejarah.

Kualita pribadi seseorang akan cenderung meningkat jika ia meningkatkan mimpinya. Seseorang boleh saja menciptakan mimpi-mimpinya, menulis mimpinya dalam buku harian, melukis di dinding kamarnya, dan jangan lupa bahwa banyak orang sukses ---secara material--- berawal dari menciptakan mimpi dan lalu memperjuangkannya, mewujudkannya, menyatakannya dalam realita.

Seperti lagi Iwan Fals jangan sampai kita tak bisa membeli mimpi, ketika lagu itu ditulisnya setelah mengamati situasi sosial ekonomi bangsa ini di era tahun 80-an. Di balik pedasnya kritik melalui lagu, Sang Maestro Iwan Fals memimpikan Indonesia yang berdaulat penuh, makmur dan mandiri secara ekonomi, sehingga mimpi rakyatnya tidak hanya berada di wilayah angan semata.

Bagi orang sederhana seperti saya, mimpi adalah cita-cita, membuat mimpi berarti menciptakan cita-cita dan mewujudkannya ke dalam realita. Ketika ditulis dalam lembaran naskah, mimpi menjadi rencana, diperjuangkan dengan pengorbanan, dan dibantu Allah dengan kemurahan ridlo-Nya.

Dan mimpi seorang mukmin adalah bertemu dengan Allah di akhirat, masa depan yang sebenarnya. Sebuah mimpi yang teramat mahal untuk mewujudkannya. Hanya dengan bantuan Allah saja, mimpi itu bisa dibeli dan diwujudkan.

Semalaman saya mimpi minum kopi aceh di kedeu Banda Aceh, memory saat 2008

Walloohu a'lam bishshowwaab

Bandung, 03 Desember 2016
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url