Maulid Nabi Muhammad SAW dan Hari Natal yang Jatuhnya Beriringan
Bismillaahirrohmaanirrohiim.
Oleh : Syantrie Aliefya
Allah tidaklah pernah menciptakan sesuatu dengan kebetulan. Ya, tak ada kebetulan, Dia Maha Pencipta sekaligus Maha Piawai dalam hal merencana. Dia tak pernah mencipta segala sesuatu dengan konsep kebetulan, mungkin hanya kita saja yang sering menyebut "kebetulan" untuk saat-saat dan kesempatan yang hadir dalam sejarah perjalanan hidup kita.

Juga bukanlah sebuah kebetulan jika pada tanggal 24 Desember pada tahun 2015 ini, Kalender Masehi mencantumkan "dengan tulisan kecil" Hari Maulid Nabi Muhammad SAW atau 12 Rabi'ul Awal, dan bukanlah kebetulan jika pada malam harinya --sesuai perhitungan rotasi perjalanan matahari dan bulan-- adalah malam natal atau populer dirayakan esoknya sebagai hari kelahiran Yesus (versi umat Kristiani) dan umat muslim menyebutnya Nabiyalloh Isa alaihissalaam.
Saya bukan seorang ahli astronomi, apalagi astrologi, juga tidak pandai berhitung menggunakan kalkulasi ilmu falaq yang mencermati dan mengamati perjalanan bulan dan bintang di malam hari, namun saya sangat apresiatif terhadap tanggal tersebut, sebab selang beberapa jam saja, dua umat Kristiani dan umat Islam merayakan hari kelahiran Nabi-nya masing-masing. Dan tentu saja peristiwa ini pasti dan akan terjadi kembali menjadi sebuah peristiwa ulangan pada puluhan atau ratusan tahun kemudian, itu pun jika Allah, sebagai pemegang hak tunggal atas semesta alam raya masih memberikan kesempatan melakukan perpanjangan umur bumi, planet yang berada di titik paling tengah semesta raya.
Apa yang akan terjadi pada 24 Desember 2015 sebagai Hari kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW, dan peristiwa apakah pula yang akan terjadi pada 25 Desember 2015 yang merupakan hari kelahiran Nabi Isa AS (saya lebih senang menyebut begitu).
Tentu saja pada dua hari berturut-turut pada 24 dan 25 Desember, sejumlah upacara ritual keagamaan akan mewarnai peristiwa di berbagai belahan dunia. Namun yang pasti, sekali lagi bukanlah sebuah kebetulan jika perhitungan kalender Masehi dan kalender Hijri yang berdasarkan perhitungan perjalanan bulan, akan mempertemukan dua hari raya penting bagi dua umat terbesar di bumi ini.
Yang jelas, saya hanya berbaik sangka kepada Allah, agar pada dua hari penuh momentum kekudusan dan kekhidmatan itu tidak terjadi apa pun yang sifatnya negatif dan berdampak buruk, terutama bagi kedamaian penduduk di kepulauan nusantara tercinta, Indonesia.
Barangkali ada pesan dari Allah untuk dua umat berbeda di periode akhir zaman ini, atau itu sebuah pertanda tentang pertemuan dua pimpinan umat yang sejatinya membangun peradaban yang baik dan modern sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan.
Juga bukan sebuah kebetulan, jika hari ini secangkir kopi terus menemani, berkali-kali
Walloohu a'lam bish showwaab
Seruyan, Kalteng, 20 Desember 2015