Aku Manusia Semisal Kamu

Rasulullah : Aku Manusia Semisal Kamu

Bismillaahirrahmaanirrahiim

قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا

"Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa." Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya." (QS. Al-Kahfi : 110)

Rasulullah adalah Manusia Biasa

Salah satu muatan ayat di atas adalah penegasan bahwa Rasulullah SAW adalah manusia biasa seperti kita, namun ada perbedaan yang sangat mendasar karena Baginda Rasulullah SAW diberikan wahyu, sementara manusia biasa tidak diberi wahyu. Kalau pun diberi wahyu, jabatan seorang mu’min hanya berhak menyebutnya sebagai ilham.

Untuk kategori ilham ini, Rasulullah SAW dalam haditsnya yang lain menyebutkan, “waspadalah dengan firasat orang mu’min, karena ia berasal dari Nur Allah.” Ilham yang diturunkan pada orang mu’min tertentu dalam definisinya yang lain disebut firasat, biasanya hadir dalam bentuk mimpi atau bisikan hati yang mendorongnya untuk berbuat kebaikan.

3 Unsur Penting Penciptaan Manusia

Manusia diciptakan dengan berbagai unsur. Ada 3 unsur penting yang menyatukan manusia menjadi sebuah kesatuan sistem kehidupan kemanusiaan yaitu unsur insaniyah, unsur basyariah dan unsur malakiyah.

  1. Insaniyah

Yang pertama unsur insaniyah adalah komponen yang berhubungan erat dengan sifat manusia yang sering lupa dan salah dan melekat padanya, sangat wajar jika seorang manusia sering lupa dan tak pernah berhenti berbuat salah sebab ia diciptakan dari unsur insaniyah.

  1. Basyariyah

Yang kedua unsur basyariyah, yaitu unsur fisik seperti dapat merasakan apa pun yang menyentuh dirinya, sebut saja manusia membutuhkan makanan dan minuman untuk kebutuhan nutrisi tubuhnya dan juga kebutuhan biologis berhubungan suami istri, dan unsur inilah yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW dalam surat Al-Kahfi ayat 110, “aku seperti kamu”.

  1. Malakiyah

Dan yang ketiga adalah unsur malakiyah atau kehambaan. Dalam diri manusia terdapat sifat-sifat malaikat yang cenderung lebih dititikberatkan pada memfungsikan batin atau ruhani, seperti melakukan shalat, puasa dan mematuhi perintah-perintah Allah lainnya.

Manusia dikondisikan tercipta dengan 75% unsur basyariyah dan insaniyah dan 25% unsur malakiyah atau kehambaan. Dengan komposisi tersebut, bisa difahami jika bulan Ramadhan diturunkan Allah untuk mengeksplorasi dan meningkatkan unsur malakiyah yang ada pada diri manusia sehingga diharapkan melalui ibadah-ibadah yang teratur sedemikian rupa, manusia dapat mengejar ketinggalan status dan posisi Rasulullah SAW yang sudah lebih dulu dalam kondisi paten dan stabil memposisikan unsur malakiyah dalam dirinya.

Jika kecenderungan malakiyah atau kehambaan dapat dicapai oleh seorang mu’min melalui amaliyah Ramadhan yang difasilitasi dengan bertaburnya limpahan rahmat dan ampunan serta disiapkannya surga Firdaus untuk kita pinta, secara otomatis Allah akan meningkatkan kualitas kemu’minannya dan memberikan stempel “muttaqiin” dan memulai hari-hari terhitung sejak 1 Syawal seibarat bayi yang baru terlahir ke bumi, yang suci tanpa dosa.

Bedanya Rasulullah dengan Manusia Biasa

Sangat tidak terpuji jika segelintir tokoh atau siapa saja yang sudah merasa dibekali pengetahuan tentang ketuhanan dan kemanusiaan jika berani menyebutkan bahwa Rasulullah SAW sama dan sebanding dengan manusia biasa. Sebab dari banyak sisi mana pun Rasulullah SAW sangat berbeda, tepatnya diciptakan dengan perbedaan dari manusia biasa.

Padahal banyak sekali yang tidak diketahui mengenai siapa sesungguhnya Rasulullah SAW. Untuk apa dan untuk tujuan apa jika pintu surga dibukakan melalui tangan Rasulullah SAW, karena ia-lah pemilik surga-surga Allah. Dan untuk apa serta tujuan apa Allah menurunkan Rasulullah SAW sebagai Rasul terakhir yang semua uswah dan ajarannya harus menjadi pedoman dan tuntutan sepanjang jaman hingga kepastian terakhir umur bumi ditetapkan?

Sungguh menjadi pelajaran yang sangat penting untuk tetap dipelajari hingga tuntas, apakah sama manusia biasa dengan Rasulullah SAW yang dibekali Allah menempuh perjalanan menembus dimensi langit yang berlapis lapis hingga sampai ke nihayah langit, Sidratil Muntaha dan bertemu serta berdialog dengan Allah yang kemudian membawa amanat 5 waktu shalat fardu.

Jangankan untuk mengupas tuntas siapa sesungguhnya Rasulullah SAW, untuk mengupas tuntas mengenai sejarah manusia dari mulai diciptakan hingga sempurna seperti sekarang saja membutuhkan waktu yang sangat panjang.

Dan untuk apa serta tujuan apakah Allah menciptakan Nur Muhammad sebagai mahluk yang pertama diciptakan, tentu saja ada muatan pesan dan informasi yang menjadi wajib untuk dikupas sampai tuntas oleh pengamat sejarah manusia dan kerasulan.

Jadi, sejatinya lebih layak jika maksud dari Surat Al-Kahfi ayat 110 itu bernuansa pengertian bahwa Rasulullah memang seperti manusia biasa yang membutuhkan makan minum dan berhubungan suami istri, karena dalam dirinya ada unsur basyariyah sebagaimana halnya manusia biasa.

Namun ternyata banyak sisi lain yang masih menjadi misteri dan pelajaran untuk diungkap oleh para pecinta Rasulullah SAW. Dan alangkah bijak jika sebagai umat yang mencintai Rasulullah SAW, selalu dalam setiap kesempatan mengucapkan “Allaahumma shalli ‘alaa sayyidinaa muhammadin, wa ‘alaa aali sayyidinaa muhammad, dan lebih jauh dari itu, siapa pun yang mencintai Rasulullah SAW, maka mulai sekarang, perjuangkanlah sunnahnya, bela ajarannya, hormati keberadaannya, dan cintailah Allah dan Rasul-Nya melebihi cintamu kepada yang lain.

Semoga bermanfaat.

Walloohu a'lamu bish showwaab

Cimahi, 01 Syawwal 1441 H - 24 Mei 2020 M

Penulis: Madyo Sasongko
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url