Perjuangan Memperoleh Haji Mabrur dan Laylatul Qadar
Oleh : Kamal Taufik
A'uudzu billaahi minasy syaithoonir rojiim.
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Di dunia ini, terdapat dua golongan mukmin yang luar biasa. Golongan pertama yaitu orang mukmin yang memperoleh predikat haji mabrur dan golongan yang kedua yaitu orang mukmin yang mendapatkan nilai maksimal Lailatul Qadar.
Kedua golongan mukmin yang luar biasa ini memiliki kesamaan, yaitu dalam proses persiapan yang telah dilakukan sejak lama. Orang mukmin yang meraih predikat haji mabrur, telah menata diri, mulai dari membersihkan diri dari kotornya perut dari rupa-rupa makanan dan minuman yang haram dan subhat, dan terbiasa mengkonsumsi makanan yang seimbang nilai gizinya serta menjaga kebugaran jasmaninya.
Selain itu, mempersiapkan kondisi hati agar tumbuh nilai keikhlasan dan niat yang lurus, mempersiapkan ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan manasik haji, mempersiapkan bekal yang akan dibawa dan bekal untuk yang ditinggalkan di rumah, mempersiapkan surat-surat yang dibutuhkan selama perjalanan, serta menjaga sikap dan perilaku agar tidak timbul masalah dengan sesama manusia dan Allah.
Ketika saatnya dia mulai menjalankan ibadah haji, pikiran dan hatinya hanya fokus ke proses ibadah. Dia lakukan seteliti mungkin, takut ada yang salah, takut ada yang terlewat, dia jaga ucapannya dan tingkah lakunya. Kecenderungan hatinya penuh kepercayaan dan kepasrahan kepada Allh. Seluruh waktunya habis untuk ibadah, tidak ada lintasan keinginan untuk belanja atau sekedar jalan-jalan. Sepulangnya ke tanah air, kondisi hati dan perilakunya tidak ada perubahan. Tidak terlintas ada keinginan untuk dilebihkan dari orang lain.
Demikian juga orang mukmin yang meraih nilai sempurna pada peristiwa Lailatul Qadar, kondisinya sangat mirip, sehingga bila ada orang yang memperhatikan keduanya, akan berucap, 'dia pantas mendapatkannya'.
Jadi kedua golongan orang tersebut tidak memperoleh 'gelar' itu secara gratis, melainkan hasil daya upayanya secara keras. Dan ketika apa yang dia lakukan berhasil, ucapannya : tidak ada daya upaya dan karya, melainkan atas bantuan dan kehendak Allah SWT.
Walloohu 'alam.
Alhamdu lillaahi robbil ' aalamiin.