Energi Kebarkahan di Bulan Ramadhan
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Kondisi perut yang kosong akan menyebabkan adanya penarikan energi dari luar. Semua energi di sekitar kita akan tersedot. Semakin banyak energi yang ditarik akan berdampak pada tubuh kita. Bila tidak mampu dikendalikan maka muncul efek yang tidak diharapkan, seperti yang sering kita lihat pada orang yang bertapa, linglung, bahkan tidak waras karena wayahna teu kataekan, katanya. Itu terjadi karena energi yang masuk tidak dipilih, sehingga tubuh kita tidak mampu menampung energi yang masuk. Terjadilah gesekan atau korsleting.
Pada kondisi shaum, energi yang masuk dibatasi oleh niat, sehingga hanya energi kebarkahan saja yang masuk. Energi barkah ini tersedia berlimpah di bulan Ramadhan. Pada sepuluh hari pertama hingga tiga hari setelahnya semakin berlimpah dan deras. Ketika masuk ke dalam tubuh akan menekan energi buruk yang ada di dalam tubuh, dalam hal ini syaithon lah yang tertekan. Pada saat yang bersamaan, dari dalam tubuh juga muncul energi barkah yang timbul dari efek positif dari prosesi ibadah yang dilakukan.
Kedua potensi energi barkah ini menjepit syaithon dari dua sisi, dalam dan luar. Kondisi ini ditambah dengan tekanan darah yang melambat karena lambung yang kosong. Sehingga gerakan syaithon yang bergerak sepanjang aliran darah tidak leluasa. Inilah yang dikenal pada bulan Ramadhan, kondisi syaithon yang dibelenggu. Harapan kita syaithon yang bercokol di dalam tubuh akan terusir ke luar tubuh. Itulah yang disebutkan kembali ke posisi fithroh. Semoga

image:rectmedia.com
Kondisi perut yang kosong akan menyebabkan adanya penarikan energi dari luar. Semua energi di sekitar kita akan tersedot. Semakin banyak energi yang ditarik akan berdampak pada tubuh kita. Bila tidak mampu dikendalikan maka muncul efek yang tidak diharapkan, seperti yang sering kita lihat pada orang yang bertapa, linglung, bahkan tidak waras karena wayahna teu kataekan, katanya. Itu terjadi karena energi yang masuk tidak dipilih, sehingga tubuh kita tidak mampu menampung energi yang masuk. Terjadilah gesekan atau korsleting.
Pada kondisi shaum, energi yang masuk dibatasi oleh niat, sehingga hanya energi kebarkahan saja yang masuk. Energi barkah ini tersedia berlimpah di bulan Ramadhan. Pada sepuluh hari pertama hingga tiga hari setelahnya semakin berlimpah dan deras. Ketika masuk ke dalam tubuh akan menekan energi buruk yang ada di dalam tubuh, dalam hal ini syaithon lah yang tertekan. Pada saat yang bersamaan, dari dalam tubuh juga muncul energi barkah yang timbul dari efek positif dari prosesi ibadah yang dilakukan.
Kedua potensi energi barkah ini menjepit syaithon dari dua sisi, dalam dan luar. Kondisi ini ditambah dengan tekanan darah yang melambat karena lambung yang kosong. Sehingga gerakan syaithon yang bergerak sepanjang aliran darah tidak leluasa. Inilah yang dikenal pada bulan Ramadhan, kondisi syaithon yang dibelenggu. Harapan kita syaithon yang bercokol di dalam tubuh akan terusir ke luar tubuh. Itulah yang disebutkan kembali ke posisi fithroh. Semoga
Oleh: Kamal Taufik