Jiwa Penuh Keikhlasan

betapa pun lipatan itu telah digenggam
kepingnya masih tersisa di pucuk dedaunan
lalu, untuk apakah engkau tetap asyik bermuram
sementara ranting kering tetap jatuh berguguran
bukan tak bisa menghentikan durja muram
yang selalu saja menggoda si entah diam
namun apa daya si jiwa merajuk lagu geram
hingga terabai semua rupa indah pualam
ia menjadi temaram di musim kelam
ranting yang gugur terbawa angin laluan
namun masih tetap kupercayakan
jika muram itu akan berkesudahan
ketika entah menyapa muram
ia berandai bisa menjadi malam
di hujung laku tertata ketulusan
menjadi pena yang penuh kesadaran
lalu rinduku menggugah nyanyian
berlari mengejar permata manikam
ternyata ia tersimpan penuh nyaman
di jiwa-jiwa yang penuh keikhlasan
#Ramadan_penuh_ampunan
Dipublikasikan juga di kompasiana

Jiwa Penuh Keikhlasan

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url