Pergantian Tahun Baru yang Selalu Dihiasi Banjir
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Nafas hidup kita baru dua hari pada di bulan januari tahun 2016. Dan selama dua hari kita telah mengisi serta menghabiskan waktu untuk mendatangi tempat-tempat wisata di berbagai tempat di seluruh pelosok Indonesia.
Di kota tempat kelahiran saya, kota Bandung, hari pertama tahun 2016 diguyur hujan pada sore hari lalu dilanjutkan dengan sedikit hujan di malam hari. Tak ada istimewa dengan tahun baru berikut segala kegiatan yang dilakukan untuk mengisi datangnya pergantian tahun genap setelah melewati dinamika tahun ganjil, 2015/
Namun yang biasanya pasti dan terjadi pada setiap pergantian tahun adalah rintik dan deras hujan yang melanda berbagai kota, maklum saja karena Indonesia berada di lintas garis khatulistiwa yang membelah dua musim yaitu kemarau dan hujan. Dan, bukanlah kebetulan jika bulan januari selalu berada di musim hujan, sehingga pada setiap pergantian tahun negeri ini dilanda banjir di banyak kota, termasuk ibukota negara, Jakarta.
Seperti irama kehidupan, warga bangsa ini merayakan momentum pergantian tahun lalu sesudahnya bersiap-siap menghadapi bencana banjir yang setiap tahun hadir, ada suka ketika merayakan gembira lalu kemudian berduka menghadapi dan merasakan bencana.
Sudah tujuh puluh tahun Indonesia merdeka, namun setiap tahun kita belum merasa merdeka dari dampak terpaan bencana. Dan apalah daya, kita belum pernah berhasil mencegah luapan banjir yang melanda kota hingga menerjang sampai ke penjuru desa.
Danau-danau buatan untuk menampung kelebihan debit air hujan terus dibangun, sodetan di berbagai sungai dan anak sungai yang membelah kota pun dilakukan dengan menggunakan anggaran negara yang cukup besar. Berbagai upaya terus dicoba agar bangsa ini terbebas dan merdeka dari dampak bencana yang setiap tahun melanda.
Ternyata setiap tahun kita mempunyai pekerjaan rumah yang selalu tidak selesai. Terus terang saya merasa iri dengan penataan kota-kota di Eropa, sungai yang mengalir di Venesia menjadi ramai dengan lalu lintas kendaraan air untuk keperluan warga kota. Juga di Amsterdam yang dijuluki sebagai kota air, singkat kata sejumlah negara di dunia telah selesai dengan penataan kota yang berkaitan dengan perlakukan terhadap air.
Lalu, di negeri kita, Indonesia, tumpukan sampah masih menjadi persoalan serta dijadikan salah satu kambing hitam pemicu banjir, belum lagi budaya membuang limbah rumah tangga serta limbah berbahaya dan beracun yang dilakukan oleh pelaku industri dengan memanfaatkan aliran sungai. Yang terjadi lalu terjadilah, Air sungai tercemar, kualitas ekosistem kehidupan biota air menjadi hancur, berjuta bakteri hasil persenyawaan sampah ditambah limbah bermunculan melahirkan penyakit-penyakit baru yang ganas dan berbahaya.
Air adalah sumber kehidupan, ia diturunkan Tuhan melalui sel-sel hujan, menuruni lembah, bukit, pegunungan, menjadi sumber mata air dan menjaga keseimbangan ekosistem kehidupan manusia, dan manusia mengotori dan memberi kontrbusi yang besar dengan perlakuan yang tidak bijak terhadap air.
Dan sudah pasti, banjir akan datang dan mencelakakan, yang pasti saya menulis artikel ringan ini sembari menikmati secangkir kopi.
Walloohu a’lam bishshowwaab
Bandung, 02 Januari 2015